Sumber: Dokumen Pribadi |
Setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang melalui jalur darat akhirnya saya sudah bisa melihat pura di setiap sudut jalan yang saya lewati. Itu tandanya sudah tiba Pulau Dewata alias Bali, salah satu provinsi di Indonesia yang paling terkenal sampai ke seluruh dunia karena wisatanya.
Kalau sudah sampai di Bali yang terpikirkan oleh saya adalah pantainya yang indah, dan kebetulan sekali sepanjang perjalanan dari pelabuhan Gilimanuk hingga ke Denpasar cuacanya sangat cerah tak berawan saat itu. Sudah dipastikan ketika nanti di Pantai Kuta saya bisa melihat matahari terbenam atau sunset dengan indahnya bersama pemandangan bule seksi.
Sejak dari pelabuhan Gilimanuk saya sudah bertemu dengan bule-bule di bus yang saya tumpangi. Saya selalu berpikir mengapa Bali bisa diminati banyak orang asing ya? Sebenarnya ada hal yang mungkin saya suka dari Bali selain tentang keindahan alam dan kekentalan budayanya, tetapi ini pun toleransi. Begitu datang dan tiba di Bali rasa toleransi antar sesama manusia sudah saya rasakan dari cerita seorang supir bus yang akan mengantarkan saya ke Denpasar. “Anda Muslim, Kristen, Buddha, Konghucu dan saya Hindu, di Bali kita hidup secara berdampingan tanpa adanya perbedaan apalagi hal-hal yang berbau intoleransi.”
Seketika saya langsung mengingat ungkapan tersebut hingga saat ini. Selain menikmati berbagai keindahan di Bali saya pun belajar bagaimana hidup berdampingan dalam berbagai perbedaan selama di Bali. Saya pun tidak pernah mendengar tentang hal-hal yang berbau rasisme di Bali, bahkan sampai di hari terakhir kunjungan saya di Bali. Dan, inilah manfaat yang bisa diambil saat traveling, yaitu soal toleransi antar perbedaan.
Perjalanan menuju Denpasar masih cukup panjang ya sekitar 4 sampai 5 jam lamanya dari Pelabuhan Gilimanuk. Walaupun solo traveling saya tidak pernah merasa khawatir apa yang akan terjadi nanti. Tentunya persiapan sudah matang sebelum saya menyeberang ke pulau Bali. Duduk bersama warga Bali, tidak mengerti apa yang diucapkan karena pemakaian bahasa Bali. Saya hanya bisa mengucapkan kata “Suksme atau Matur Suksme” yang artinya terima kasih dalam Bahasa Bali. Enaknya sering traveling nih, saya jadi tau bagaimana ungkapan-ungkapan dalam bahasa daerah setiap kali traveling ke suatu tempat.
Oh iya, perbedaan waktu Bali dan Jawa itu berbeda. Saya baru ingat, kalau matahari terbenam disini hampir mendekati pukul 19:00. Kalau jam segitu di rumah sudah malam dan santai-santai di atas kasur yah hehehe. Tapi kalau disini jam 19:00 itu seperti hari yang baru berganti malam. Zona waktunya pun sudah berganti dari Waktu Indonesia Barat (WIB) menjadi Waktu Indonesia Tengah (WITA). Ah! kenapa hal seperti ini saya lupa, jadi karena rencananya nanti mau nongkrong di Pantai Kuta saya tidak perlu terburu-buru dan bisa santai dulu deh di hostel.
Akhirnya bus pun tiba di terminal Ubung, Denpasar. Perjalanan masih berlanjut sampai ke Kuta. Cuaca rasanya terik sekali, namun udara tetap terasa enak dihirup dan berbeda dengan kota besar lainnya yang sudah tercemari oleh polusi.
Sebenarnya saya kembali ke Bali untuk menepati janji pada diriku sendiri untuk lebih bisa menikmati Pantai Pandawa. Jujur saya suka dengan Pantai Pandawa karena keindahan pasir putihnya dan lautan biru membentang luas. Dulu pertama kali kesini hanya diberi waktu selama 45 menit saja, padahal pantai seindah ini bisa saya nikmati selama 1 jam loh! Tapi karena sekarang sudah tiba di Bali lagi, inilah saatnya janji itu ditepati.
Perjalanan dari Denpasar ke Kuta tidak jauh, sekitar 15-20 menit dari Kota Denpasar. Setelah sampai di hostel pun tidak langsung jalan ke Pantai Kuta. Raga ini butuh istirahat setelah 1 hari penuh dalam perjalanan. Maka dari itu karena waktu check-in sudah tiba, ya saya langsung chek-in dan beristirahat sejenak. Di dalam hostel, saya sekamar dengan turis-turis asing. Okelah awalnya kamar hostel masih belum berisik. Namun beberapa jam kemudian, duh kok semakin berisik! Dan lebih menyebalkannya lagi, si turis tersebut ada yang kehilangan headphone-nya. Dia bertanya pada saya “Do you see my headphone” saya jawab “No.I don‟t know” belum sampai disitu, si turis mencoba memeriksa tempat tidur saya dan di bawah bantal. Jadi maksudnya saya yang mencuri headphone? hadeh untuk apa jauh-jauh ke Bali cuma mencuri headphone! Hmmm dasar turis. Karena kejadian itu membuat mood saya jelek, jadi lebih baik saya langsung cus ke Pantai Kuta mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 18:00 WITA.
0 Comments